Menjadi Kanak-Kanak




Mengapa kehidupan anak-anak terlihat mengasyikan? Karena hidup ini sesungguhnya indah dan anak-anak lah yang mampu menghayatinya dengan menikmati setiap momen kehidupan. Keluguan dan keterbatasan justru membuat mereka melihat dunia dan kehidupan ini apa adanya, tanpa terkotori oleh kabut persepsi. 

Mereka bermain saja, mereka senang, kesal, marah, sedih, jatuh, tapi kemudian mereka lupa. Kesenangan, kemarahan, kesedihan, kejatuhan menjadi masa lalu dan anak-anak itu kembali menikmati apa yang ditawarkan oleh hidup di saat ini. Ya, merekalah yang sesungguhnya menjalani arti to 'live at its fullest'. Hidup sepenuh-penuhnya. 



Entah siapa yang memulai dan kapan semua ini dimulai, rasa-rasanya semakin dewasa, kehidupan menjadi semakin rumit. Sulit bagi kita untuk tertawa hanya karena gembira, bermain karena, ya, ingin saja, melupakan masa lalu dan hidup di hari ini. Seringkali, masa lalu menjadi dedemit yang meneror dengan pertanyaan ‘mengapa hidup saya menjadi seperti ini ?’ 

Dan masa depan pun menjadi obsesi. Harus selalu ada alasan-alasan yang ‘masuk akal’, harus ada tujuan-tujuan yang ‘dewasa’. Harus berprestasi, harus cantik, harus punya mobil, harus punya pasangan, harus punya karir bagus, seolah-olah tanpa itu semua kita tidak bisa dibilang hidup. Kita jadi berkejar-kejaran dengan standar hidup yang ditetapkan, entah oleh siapa. Melarikan diri dari komentar ‘hidupnya kok begitu-begitu saja?’ atau ‘kalau cuma sekedar hidup, buat apa?’ 



Padahal, hidup itu sendiri sudah lebih dari cukup. Tanpa perlu ada kategori hidup macam ini atau hidup macam itu. Karena hidup adalah kesempatan merasakan mujizat. Hidup adalah kesempatan untuk merayakan keajaiban dalam tiap tarikan napas. Saat bermeditasi, kita akan merasakan bahwa pada akhirnya yang tersisa dan berharga adalah napas itu. 

Kita seringkali iri pada anak-anak dan berkata dalam hati: kalau saja saya masih anak-anak…. Bisa saja. Kita bisa kembali menjadi kanak-kanak. Yang perlu kita lakukan hanyalah merasakan dan menikmati setiap saat. 

Untuk kemudian melupakannya. 

Karena setiap pagi berkat yang baru telah tersedia, seperti kata Salomo dalam surat Pengkhotbah. 

Bermainlah dengan kehidupan karena pada akhirnya semua akan berlalu. Peluk setiap detik dan nafas kehidupan ini. Bermainlah sendiri, bermainlah bersama, tanpa harus terlalu peduli apakah kita akan disukai atau tidak oleh teman sepermainan kita. Tak perlu selalu memikirkan ‘apa kata dunia’, jika meminjam istilah Naga Bonar. Sesungguhnya, pada mulanya, anak-anak pun tidak peduli. 

Ya, mungkin hanya anak-anak yang memahami, bahwa justru di dalam segala kesederhanaanya, hidup ini begitu menakjubkan.

Selamat merayakan kehidupan ! 





KA Lodaya, 21 Maret, 2017
Untuk Ibor, bocah pengejar kucing, yang akan berulang tahun ke dua



Comments

Popular posts from this blog

Negara Ababil, Negara Krisis Identitas -2

Berpuasa, Menjinakkan Otak Reptil

Menyoal Pertimbangan Moral - 1