Motivasi Si Chiby

Namanya Chiby. Anjing dari ras Pom (Pomeranian) yang memang ber-gen imut tiada tara. Chiby adalah anjing milik seorang sahabat saya, dog lover yang memiliki 9 ekor anjing di rumahnya.

Chiby pun diperoleh lewat adopsi, 2 tahun lalu. Ia ditawar-tawarkan oleh pemilik sebelumnya kepada siapa pun yang bersedia memeliharanya. Mengapa anjing selucu itu seolah tidak diinginkan ? Karena kakinya hanya 3. Ia cacat sejak lahir. Pemilik sebelumnya adalah seorang peternak anjing untuk diperjualbelikan (breeder). Dan anjing yang cacat, tak akan laku dijual.

Chiby adalah anjing yang manis sekali. Kakinya yang hanya tiga itu membuat ia berjalan dengan cara melompat-lompat.  Siapa pun pasti akan gemas melihatnya, si 'buntelan bulu’, yang selalu melompat ke sana ke mari.

Namun Chiby bukan hanya manis dan lucu. Ia juga adalah anjing yang tegar. 

Di suatu hari, saya berkesempatan untuk jalan pagi bersama rekan saya dan anjing-anjingnya, termasuk Chiby. Dalam perjalanan itu, saya memperhatikan bahwa ternyata Chiby takut pada jeruji besi yang dipasang di jalan sebagai penanda selokan di bawah. Permukaan jalan yang tidak lagi tertutup rata namun bercelah, menimbulkan kemungkinan untuk kakinya terperosok di antara jeruji besi.

Saat sampai di hadapan jeruji pertama yang kami temui, sementara anjing-anjing lain melangkah dengan santai, Chiby kelihatan bingung. Ia melompat berputar-putar, lalu menyusuri jeruji tersebut dari ujung kiri ke ujung kanan. Seolah sedang mencari jalan yang tidak berjeruji. Saat tidak berhasil menemukan jalan lain, Chiby pun mengambil ancang-ancang, lalu..huuup ! Jeruji-jeruji selebar sekitar 50cm itu pun ia lompati.

Sukses melewati jeruji pertama, tak lama kemudian, kami pun menemui jeruji yang lain. Kali ini lebih lebar, sekitar 80cm (jika menggunakan ukuran ubin di rumah saya dan mengingat bahwa jeruji tersebut lebarnya kira-kira dua langkah saya). Chiby terlihat semakin bingung. Kembali ia menyusuri jeruji tersebut dari ujung ke ujung, melompat berputar-putar, kini disertai salakan-salakan kecil. Saya duga, berdasarkan hasil ‘assesment’-nya terhadap jangkauan lompatan kaki tiganya, ia sadar tak kan mampu melompati jeruji 80cm itu. Tapi jika berjalan melalui jeruji, ia pasti terperosok.  Saya pun memperhatikan, menunggu apa yang akan ia lakukan dalam situasi tersebut. 

Chiby anjing cerdas. Ia melihat bahwa di salah satu sisi jalan, terdapat area tanah yang rimbun oleh semak-semak. Ia pun meninggalkan si jeruji besi, tidak mengambil jalan yang dilalui oleh tuan dan rekan-rekannya. Melompat-lompat melalui semak belukar, keluar kembali ke jalan datar,  dan dengan ceria menyusul anjing-anjing lain yang sudah di depan. Hebaaaaaat, Chiby ! 

Keesokan harinya, kami kembali membawa Chiby berjalan-jalan. Kali ini, tantangan bagi Chiby adalah undak-undakan kayu untuk naik ke tanah lapang di depan rumah kawan saya. Saat Aiko, anjing kecil lainnya, sudah naik melewati dua undakan kayu dengan lincah, Chiby masih termangu-mangu di bawah.  Aiko pun turun dan naik kembali. Seolah ingin menunjukkan kepada Chiby : Dua kaki belakang ditaruh di undakan pertama, dua kaki depan ditaruh di undakan ke dua, lalu doroooong.... hup !  

Chiby mencoba meniru Aiko, namun gagal.  Satu kaki depan tidak cukup kuat untuk mendorong tubuhnya naik. Ia pun merosot. Saya mengatakan kepada teman saya untuk menggendong Chiby naik. Belum sempat teman saya merengkuh si Chiby, kami pun melihat pemandangan yang mengharukan. Chiby berusaha kembali untuk naik ! Saat hampir merosot dan dengan sia-sia memakai kaki cacatnya sebagai tumpuan, ia menggeliat-geliat, mendorong badannya sendiri, ‘ngesot’ untuk naik. Dan..... berhasil ! Saya dan rekan saya berteriak kesenangan, sambil berseru,  “Goooood booooy !!!!!!! Goood jooooob !” (pakai bahasa Inggris, biar seperti di film-film). 

Ah, Chiby. Ia seperti menyadari bahwa dirinya terbatas. Ia tahu bahwa dengan kakinya yang hanya tiga, ia melangkah dengan cara yang berbeda dengan rekan-rekannya. Ia pun tahu bahwa dengan keterbatasannya, ada hal-hal yang harus ia lakukan dengan lebih keras dibanding rekan-rekannya.

Pertemuan saya dengan Chiby adalah pertemuan yang istimewa. Ia seolah memperlihatkan bahwa selalu ada cara. Selalu ada jalan lain . Walaupun untuk itu, ia harus melakukan banyak hal secara berbeda. Melewati jalan bersemak, melompat lebih jauh, ‘ngesot’.

Hanya satu yang tidak ia lakukan. Berhenti.

Chiby tidak pernah berhenti. Ia tidak menyerah. 

Mungkin Chiby memang beruntung. Kita, para manusia ini, seringkali terlalu banyak pikiran pada saat menghadapi hambatan. Bagaimana kalau gagal, apa kata orang, ah begini saja sudah cukup. Tidak demikian dengan Chiby. Ia fokus pada hambatan yang ada di hadapan dan mencari jalan keluarnya. 

Ia tidak terprogram untuk mempunyai beban pikiran.

Chiby si kaki tiga, kali ini menjadi guru saya.

Saat hidup menyediakan tantangan, jeruji-jeruji besi di hadapan, saya akan selalu ingat pelajaran dari Chiby : lompati, cari jalan lain, atau 'ngesot', namun jangan menyerah !

Sampai bertemu lagi, Chiby !



O m a h k e b o n, 4 Maret 2015


Comments

  1. Ulasannya kereen. Sebelumnya gw ga gitu perhatiin cara Chiby mencari jalan melewati semua hambatan agar dapat menyusul 'the pack'. Hasil jalan2 semi marathon kemarin memang menghasilkan inspirasi dari keteguhan Chiby. Kita bahas pula. Hahaha..
    Chiby si ulet bulu ini mikir untuk cari jalan. He thinks & never give up.

    Untuk para dog owner, saat anjing tidak bisa, jangan langsung digendong. Agar belajar seperti Chiby, kaki 3 tidak selalu menjadi hambatan tapi menjadi 3 kaki yang kekar. Sementara para manusia ini sudah pegel2 kakinya.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Berpuasa, Menjinakkan Otak Reptil

Negara Ababil, Negara Krisis Identitas -2

Menyoal Pertimbangan Moral - 1