Posts

Showing posts from February, 2017

Negara Ababil, Negara Krisis Identitas -2

Image
Perkenankan saya melanjutkan kembali racauan saya, untuk meluruhkan kembali otak yang telanjur pejal akibat kesal.  Pada tulisan sebelumnya saya sudah membagikan sebuah teori perkembangan favorit saya yaitu Teori Perkembangan Psikososial dari Erik Erikson. Anda dapat sejenak mengamat-amati gambar di bawah ini untuk kembali menyegarkan ingatan.  Seperti telah saya tuliskan di akhir tulisan bagian 1, di bagian ke-2 ini saya ingin mengungkapkan pendapat saya tentang kelakuan masyarakat Indonesia yang rodo aneh ini dengan memakai teropong teori Erikson. Saya tidak berpretensi untuk menunjukkan diri sebagai orang yang paham sejarah (boro-boro deh!). Tulisan ini pun tidak diniatkan untuk menjadi tulisah ilmiah  whatsoever . Tulisan ini hanya  usaha saya untuk sedikit saja mengurai benang kusut di kepala  yang terlalu sibuk bertanya ‘mengapa’. Sebelum saya telanjur menyerah dan ikut serta pada wahana kegilaan (sebagian) masyarakat ini.  Mari kita mulai. Jika melihat

Negara Ababil, Negara Krisis Identitas - 1

Image
Negara ini, semakin aneh saja. Saya duga, baik secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi,  kadang Anda pun mengeluhkan atau bahkan mengumpati keanehan negara ini. Semua unsur ipoleksosbudhankam, penuh paradoks. Tempat judi dan prostitusi dilindungi, rumah ibadah digocoh-gocoh. Yang jujur dimusuhi, penipu disanjung. Gemah ripah loh jinawi, bahan pangan impor melulu.  Di tempat yang tanahnya mengandung emas dan tembaga berlimpah, masyarakatnya miskin mutlak Kategori benar salah menjadi semakin abu-abu. Karena koruptor tidak mendapatkan hukuman yang setimpal atau bahkan kadang bebas karena mampu membeli hukum, maka mencuri kelapa, sandal, ayam menjadi tindakan yang seolah benar. Bahkan mendapat simpati. Belum lagi keanehan-keanehan dalam berbagai aspek gaya hidup dan budaya populer.  Musim di Indonesia ini hanya dua, tapi tema  sale  di pusat perbelanjaan bisa ada  fall, summer, winter, autumn . Ikut-ikutan membuat pesta  haloween  tanpa paham konteks budaya di balik per-halo